Objek Wisata Pantai Trans Nelayan, Lumbung PAD Yang Terabaikan

Aceh Singkil, OneNews – Sumber pundi-pundi keuangan daerah dan desa dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sumber Pendapatan Asli Desa (PADes) di Kabupaten Aceh Singkil bisa dibilang melimpah ruah dan bertebaran dihampir seluruh wilayah Aceh Singkil.

Salah satu sumber PAD maupun PADes tersebut adalah melalui sektor kepariwisataan, terutama wisata bahari. Namun sayangnya, baik pemerintah kabupaten maupun desa tampaknya kurang tertarik atau bisa disebut tidak serius untuk mengelolanya.

Berdasarkan pengamatan selama ini, hampir seluruh desa yang ada di Kabupaten Aceh Singkil bisa dikatakan tidak ada sumber keuangan yang masuk dari sektor PADes. Hal ini bisa dilihat dari buku besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) di masing-masing desa atau kampung. Kecuali barangkali beberapa desa yang berada di Kepulauan Banyak.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa salah satu sumber keuangan desa yang dapat menambah pendapatan desa adalah dari PADes itu sendiri. Misalnya memanfaatkan keindahan alam yang cukup melimpah pada sektor pariwisata yang pengelolaannya bisa melalui Badan Usaha Milik Desa/Kampung (Bumdes/BUMK).

Desa Suka Damai misalnya. Desa Suka Damai yang berada di kecamatan Singkil ini jelas-jelas mempunya potensi objek pariwisata yang tidak kalah indahnya dengan desa Pulao Sarok yang objek wisayanya dikenal dengan Pantai Pulo Sarok, atau barangkali Pantai Teluk Bayu di desa Kayu Menang, kecamatan Kuala Baru.

Menurut penuturan salah seorang tokoh masyarakat desa Suka Damai, Siskandar Abi, di desa tersebut terdapat pantai yang cukup indah yaitu Pantai Trans Nelayan. Jika pantai ini dikelola tentu akan dapat mendatangkan Pendapatan Asli Desa (PADes) yang menurut sepengetahuannya selama ini tidak pernah ada. 

Namun kata Abi, begutu nama panggilan yang melaket dalam dirinya, baik pemerintah kabupaten maupun desa tidak pernah melirik potensi objek wisata yang satu ini atau kesannya terabaikan. Hal ini itu dapat dilihat dari tak kunjung tersentuhnya pembangunan jalan dari ujung aspal Trans Nelayan ke lokasi pantai yang menjadi objek wisata tersebut.

Padahal sebut Abi, untuk menghubungkan jalan dari Trans Nelayan kesana (Pantai-Red) diperlukan pembangunan pengerasan jalan hanya sekitar 1,8 Km saja. Jika jalan tersebut sudah dibangun, maka pengunjung hanya perlu waktu tempuh sekitar 10 menit dengan kendaraan roda dua maupun empat. 

“Kalau dihitung jarak dari jalan besar atau jalan lintas Rimo-Singkil ke pantai itu hanya sekitar 3,6 Km. Saya pikir dengan waktu 10 menit pengunjung sudah sampai ke pantai itu,” terang Abi.

Wartawan OneNew yang melakukan perjalanan ke pantai itu melaporkan, jalan yang sudah beraspal kearah pantai itu sekitar 800 meter, dan yang sudah pengerasan melalui dana aspirasi anggota DPRK sepanjang 800 meter. Agar pengunjung bisa datang kesana dengan kendaraan roda 2 dan empat diperlukan diperlukan pembangunan pengerasan jalan sekitar 1,8 Km lagi. 

Melalui media ini, Abi berharap pemerintah kabupaten dan pemerintah desa dapat melakukan perencanaan penataan objek wisata tersebut. Dengan demikian hasinya bukan hanya dapat mengisi keuangan desa, tapi juga sekaligus akan menjadi salah satu sumber peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya dengan membuka usaha warung dengan mendirikan pondok-pondok wisata seperti yang ada di pantai Pulau Sarok, mauapun Pantai Cemara Indah.

“Harapan ini bukan hanya harapan saya pribadi, tapi juga merupakan harapan seluruh masyarakat desa Suka Damai yang kehidupan masyarakatnya masih banya yang menyandang status miskin,” imbuhnya.(Rama).
SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR